Posted by : Unknown
December 07, 2016
The Adventure of Hatoko: Jjikard
Pagi di Andes, seorang pria dari kerajaan datang
menemui Jjikard, Sang Blacksmith tua yang tinggal di pegunungan Andes guna
membuat pedang. Dia sudah sangat terkenal di kalangan kesatria kerajaan.
Pedangnya selalu memuaskan.
"Master Jjikard... adakah kau di kediamanmu
ini? Aku King Hoyan.” Kata pria dari atas kuda.
Aku yang kebetulan sedang belajar pada Jjikard
segera membukakan pintu. Aku keluar di susul Jjikard dengan menundukkan kepala
sedikit tanda hormat.
"Anda jauh jauh datang kemari pasti ada yang
anda ingin kan, bukan, yang Mulia?" Kata Jjikard.
"Tentu Master Jjikard,” Dia segera turun dari
kudanya, ”Aku ingin kau membuatkan pedang khusus untuk putriku yang berulang
tahun minggu depan. Gunakan material yang bagus dan berkualitas. Sesuaikan
dengan putriku. Aku ingin kau membuatnya segera. Aku akan mengambilnya sendiri
beberapa hari lagi." Kata King Hoyan.
"Keinginanmu adalah perintah bagiku yang mulia.
Hamba akan membuatkan yang terbaik untuk putri anda." Kata Jjikard penuh
santun.
"Baiklah. Jangan kecewakan aku, Jjikard."
Kata King Hoyan seraya berkuda menjauhi kediaman Jjikard.
***
"Aku harus turun gunung dan mencari material
yang cocok untuk pedang sang putri, lebih baik ke lembah naga. Tolong tunggu di
sini, Hatoko." Kata Master Jjikard seraya memasukkan peralatannya kedalam
tas.
"Tunggu master! Biar aku saja. Aku akan
mengambil yang anda butuhkan!" Kataku dengan tegas.
"Apa kau yakin, Hatoko?"
"Tentu master. Apa saja yang kau butuhkan, aku
akan mengambilnya untukmu." Kataku lagi.
"Baiklah. Kau cukup bawakan aku Jeremejevite. Sebuah batu yang tertanam
di Lembah Naga. Batu itu di jaga seekor Naga. Jadi berhati hati-hatilah."
"Baik master." Kataku lagi seraya
menyiapkan peralatan.
***
Saat tiba di lembah naga, ternyata aku bukan satu
satunya yang menginginkan batu Jeremejevite
itu. Aku melihat seorang pemuda dengan sebuah pedang di punggungnya. Aku
bergerak mendekati mulut Goa yang ada di lembah itu dan berpapasan langsung
dengan pemuda itu.
"Ano ... maaf apa kamu mencari batu Jeremejevite?" Tanyaku pada pemuda
itu.
"Kau ... menginginkannya juga?" Tanyanya
seraya menarik pedangnya.
He? Aku terkejut melihatnya menarik pedangnya.
"Etto... apa―" Tanyaku terputus. Tiba tiba
dia bergerak cepat ke arahku dan menubrukkan tubuhnya ke tubuhku hingga merapat
ke dinding. Sebuah stalaktit pun jatuh dari langit langit goa hampir
mengenaiku.
"Astaga! Merepotkan sekali. Terlalu ceroboh.
Mau mati disini? Baka!" Bentaknya.
Aku beku tidak bisa lagi bicara karena
keteledoranku. Kemudian aku berdiri tegak merapikan pakaian dan menghela
nafas panjang. Huft,
"Terima kasih. Aku Hatoko." Kataku.
"Panggil saja aku Ren." Jawabnya sambil
berjalan masuk ke dalam goa.
Aku mengikutinya masuk ke gua seraya menarik
pedangku untuk berjaga-jaga.
Punggung orang
ini begitu kokoh terlihat dari belakang... keren. Astaga apa apaan coba? Malah
mengkhayal yang tidak tidak. Gumamku
dalam hati.
Tak berapa lama kami sudah ada di inti goa. Goa yang
indah terdapat banyak batu yang mengkristal indah. Tapi aku tidak malihat Jeremejevite di manapun. Saat kami sibuk
mencari tiba-tiba saja kami dikejutkan oleh suara aneh.
Hhrrrgg!! ... Suara aneh tiba tiba muncul dan
menyemburkan nafas api.
"Ren, awas!!" Teriakku seraya melompat
untu menghindari semburan api dari seekor naga yang tidak terlalu besar
ukurannya.
"Hatoko ... kau serang dari kiri, aku dari
kanan. Jangan lengah!" Teriaknya dari sisi sebrangku.
"Oke Ren," Aku mulai bergerak maju.
“Lighning
Thunder!" Satu tebasanku mengarah ke lehernya dan secara bersamaan Ren
menebas dari kanan. Saat mendaratkan kaki di dasar goa ekor naga itu menghempas
tubuhku ke dinding Goa.
Bruuk!!
"Ach!" Jeritku tertabrak dinding goa. Aku
mencoba tetap berdiri, "Ren, tolong alihkan perhatiannya!"
"Baik." Dia menyerang membabi buta dari
semua arah.
Aku takjub melihat kecepatan dan staminanya. Seperti mesin saja. Aku kembali berkonsentrasi
fokus pada kalung naga milikku.
"Lepaskan yang terbelenggu. Kori no Keji!" Mantra pembuka
belenggu es kubaca. Kemudian naga itu terselimuti dengan es. Dia diam tak
bergerak lagi. Naga itu menjadi batu.
Tenagaku terkuras habis dipakai untuk membelenggu
benda besar seperti itu. Belum sempat menarik nafas, tiba tiba tubuh naga itu
bercahaya terang sekali. Tak berapa lama kemudian cahayanya meredup perlahan. Setelah
itu cahayanya berangsung memadam dan semakin kecil. Menyisakan sebuah batu Jeremejevite dan Red Diamond yang sangat indah berkilau.
Jadi batu Jeremejevite
dan Red Diamond itu adalah jelmaan naga penjaga? Aku terlalu takjub untuk bisa mencerna semua itu
dengan normal.
Ren mendekat ke kedua batu itu. Lalu mengambil
keduanya. Aku tidak bisa lagi bergerak karena tenagaku terkuras total akibat
mengunci objek yang cukup besar. Sial.
"Dasar terlalu memaksakan diri. Akibatnya kau
yang susah sendiri kan. Ambillah keduanya karena kau yang mengalahkan naganya."
Ren mendekat lalu memasukkan kedua batu itu kedalam tasku.
"Ren...." Kataku belum selesai tiba tiba
Ren memakai Tasku di punggungnya dan menggendongku.
"Aku akan mengantarmu pulang. Di pegunungan
Andes kan?" Kata Ren.
"Bagaimana kamu tahu?"
"Aroma tubuhmu berbau bunga lily, dan area yang
palig dekat adalah pegunungan Andes." Jelasnya.
Dari sana dia terus menggendongku hingga sampai di
kediaman Master Jjikard. Entah mengapa, aku pikir perjalanan ini
menyenangkan.
***
"Master, master, aku pulang!" Teriakku
dari luar dengan gembira.
Master Jjikard melihatku dengan wajah lega dan
senang saat melihat batu yang kubawakan. Dia segera saja dia membuat pedang
pesanan King Hoyan tersebut.
Proses pembuatan sebuah pedang
memakan waktu yang cukup lama, apalagi di tuntunn hasil yang bagus. Namun itu
tidak mengurungkan niatku untuk melihat tiap detail pembuatannya. Terlebih ini
akan menjadi pelajaran yang amat berharga untukku.
"Akhirnya selesai juga pedang ini." Kata
Jjikard seraya mengangkat pedang buatannya.
Pedang satu mata dengan warna putih dominan dengan
guratan naga merah di tengahnya. Sangat elegan dan cantik. Sangat cocok untuk
sang putri yang seorang kesatria tangguh.
Beberapa hari kemudian, Raja Hoyan datang. Dia
menerima pedang itu dengan sangat puas. Atas jasanya itu Master Jjikard di
kukuhkan sebagai blacksmith terbaik di kerajaan. Dan pesta ulang tahun sang
putri pun berlangsung dengan meriah.
~ End ~
Biodata Penulis
Anonima13 adalah seseorang yang biasa dan baru kemarin mengenal dunia tulis menulis. Untuk pertama kali hasil belajarnya mendapat apresiasi. Itu membuatnya semakin ingin dan ingin terus berkarya. Belajar memberi senyuman lewat karyanya dan menyentuh hati setiap pembaca adalah impiannya. Jika ingin mengenal lebih dekat add FB Amu Hime Hinamori maka kalian akan tau betapa simplenya dia.
Ingin tulisan kalian dipublikasikan di blog ini? Baca ketentuanya di sini
Ane tunggu naskah kalian! ^.^
Ane tunggu naskah kalian! ^.^
tes
ReplyDelete