Posted by : Unknown
January 07, 2017
Locksene Mansion |
The Adventure of Hime : Blue
Dragon
Locksene Mension, Eastabarieth Empire, 07:00 WEE
Pagi yang ramah dengan senyum malu
sang fajar menerpa tiap dinding-dinding timur Locksene mension. Sebuah mension mewah milik
seorang keluarga yang tergolong highclass
namun memiliki gaya hidup yang berbeda dari kalangan highclass lainnya.
Dulunya mension itu dihuni oleh
satu keluarga utuh, namun karena ada pembantaian 13 tahun lalu, sekarang mension itu hanya dihuni
oleh pewaris tunggal Locksene Corporation. Pewaris itu adalah Hime Locksene. Ia tinggal
bersama beberapa orang kepercayaan keluarga Locksene Corporation.
Suatu hari, seorang peramal datang
menghampiri Hime tepat disaat ulang tahunnya yang ke-16. Peramal itu sengaja datang
sesuai dengan wasiat kepala keluarga Locksene sebelumnya.
Ruang
Tamu Locksene Mension, 08:00 WEE
Peramal wanita berambut
merah dengan jubah hitam pun datang menemui Hime di Locksene Mension. Mereka akhirnya berbincang
di ruang tamu seperti Ayah Hime terdahulu yang tidak
lain adalah kepala keluarga terdahulu.
"Sesuai wasiat Ayah anda
yakni Tuan Ryuku Locksene, saya datang diulang tahun Hime-sama untuk memberitahukan
ramalanku beberapa waktu lalu. Setelah umur anda 16 tahun, saya akan selalu datang untuk
mengabari anda mengenai ramalan hamba." Ucap sang peramal.
"Padahal ayahku sudah
meninggal kenapa kau masih setia pada keluarga Locksene?" Tanya Hime
menguji peramal itu sambil menyilangkan kakinya dengan anggun.
"Tuan besar Locksene sudah menjadi
keluarga peramal Timur, tentu saja kami akan setia pada keluarga Locksene."
Jawab peramal itu masih dengan rasa hormat.
"Baiklah, beritahu aku apa ramalanmu!" Perintah Hime sedikit
bosan.
"Berdasarkan hasil ramalanku
beberapa waktu lalu, aku melihat kehancuran keluarga Locksene
Corporation." Jelas peramal itu dengan nada berat.
"Apa? Kehancuran? .... Lalu apa yang harus kulakukan?"
Tanya Hime sedikit panik.
"Satu-satunya jalan adalah, anda harus mengalahkan se-ekor naga biru yang menjadi
legenda Lost Forest di tepi sungai Wish. Lalu mengambil darahnya untuk anda
simpan." Jawab peramal itu dengan serius.
"Mengalahkan naga? Apa anda serius? Aku?" Tanya
Hime makin terkejut.
"Iya nona. Anda! Aku akan membekali anda dengan sebuah
benda." Jawab peramal itu lagi sambil
menunjukan sesuatu di balik barang bawaannya.
Peramal itu memberi Hime sebuah Katana dengan panjang
satu-meter. Berwarna putih keseluruhan dengan ukiran kelopak sakura lambang keluarga
Locksene pada bilahnya―Hawa dingin sangat terasa begitu Katana itu dikeluarkan dari sarungnya.
"Ini Katana siapa?"
Tanya Hime seraya mengambil Katana dari peramal itu. Ia merasakan hawa dingin
dari tangan menjalar ke tubuhnya.
"Itu adalah Katana khusus
untukmu. Ayahmu telah membuatnya jauh sebelum anda lahir. Katana itu dibuat
khusus dan kami menjaganya hingga anda siap menggunakannya. Pergilah ke Lost
Forest dengan ini sesegera mungkin! Sebab kehancuran Locksene Corporation tidak akan menunggu anda
nona." Jawab Peramal itu dengan tegas.
"Baiklah hari ini juga aku
berangkat!" Ucap Hime seraya bangkit dari kursinya.
"Ken siapkan aku kuda terbaik! Aku akan berangkat hari
ini." Perintah Hime pada pengawal sekaligus putra seorang
Jendral yang mengajari Hime beladiri sejak kecil.
"Baik." Jawab Ken
bergegas.
Hime kemudian mengganti pakaian,
menyelipkan pisau di pinggang kanannya lalu bergegas mengambil Katana yang tadi diberikan peramal itu.
"Bibi peramal, aku berangkat. Kutitipkan mension ini padamu.
Doakan aku segera kembali." Ucap Hime seraya berlari menuju luar mension.
"Tapi nona...." Ucap
peramal itu terputus karena Hime sudah berlari menjauh.
Melihat Hime berlari penuh
semangat sejenak ia terlihat seperti gadis yang berbeda dari yang tadi peramal
itu temui beberapa waktu. Ia terlihat seperti ayahnya dahulu.
Gerbang luar
Locksene Mension, 10:00 WEE
"Apa nona yakin? Aku ikut! Kalau ayah tau
pasti nona tidak akan diizinkan pergi." Ucap Ken berusaha mencegah Hime.
Karena melihat kekhawatiran Ken,
Hime berinisiatif untuk menenangkannya. Hime mendekati Ken dengan senyuman lembut.
"Tenanglah Ken. Aku pasti
kembali. Jangan bilang pada paman Shintaro ya. Aku janji akan pulang. Pewaris
Locksene tinggal aku saja. Kalau bukan aku, tidak ada yang bisa menyelamatkan
Locksene Corporation. Aku harap kamu mengerti Ken. Percayalah padaku." Ucap Hime sambil mengecup
pipi kiri Ken. Kemudian menunggangi kudanya lalu meninggalkan Ken.
***
Hime berangkat menuju Lost Forest
dengan kecepatan penuh. Lost Forest termasuk hutan larangan. Tak banyak yang
datang kesana, tetapi Hime pernah hampir kesana saat berlatih bersama paman Shintaro.
Wish
River, Eastabarieth Empire, 16:00 WEE
Hime tiba di Wish River, tepat di seberang sungai itulah terdapat Lost Forest. Dengan melihat dari
jauh saja hutan itu sudah terlihat mengerikan. Tak banyak yang tau isinya
seperti apa, karena menurut cerita siapapun yang masuk kesana akan
kehilangan arah. Dan tak banyak yang bisa kembali dari sana.
Itu dia
tempatnya! Aku harus bergegas. Ayah bantu aku! Ucap Hime dalam hati seraya mengusap Katana di pinggang kirinya berharap sang Ayah akan bersamanya selalu.
Hime kembali memacu kudanya dengan
tidak ragu sedikitpu. Sebab beban kelangsungan Locksene Corporation sekarang
ada di tangannya.
Lost
Forest, 16:45 WEE
Hime tiba di bibir Lost Forest. Ia
tetap menunggangi kudanya namun dengan perlahan. Ia memperhatikan sekelilingnya
dengan waspada. Hime terus melanjutkan laju kudanya hingga ia tiba di depan
sebuah penghalang. Seperti sebuah tirai penghalang berwarna ungu. Katana
miliknya bergetar sendiri seperti bereaksi terhadap tirai itu!
Setelah turun dari kudanya Hime bergegas menyentuh tirai penghalang itu dengan sedikit keraguan. Saat tangan kanannya menyentuh tirai itu, tangannya menembus tirai pelindung. Menyadari ia bisa masuk, Hime kemudian melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam tirai pelindung. Tubuhnya telah masuk keseluruhan.
Setelah masuk Hime mendapati
sebuah Goa, amat sangat besar bahkan terlalu besar menurutnya. Katana
Hime terus bergetar semakin kuat seperti bereaksi terhadap sesuatu yang ada di
dalam Goa itu. Karena penasaran Hime pun masuk kedalam Goa itu.
Saat memasuki Goa, Hime melihat seekor naga biru
yang sedang tertidur. Katana miliknya mendadak diam tak bergerak. Kemudian Hime
menarik Katananya dan bersiaga.
Apa naga besar ini yang harus kukalahkan? Gumamnya dalam hati.
Hime berusaha mencari sudut yang
tepat untuk menyerangnya diam-diam, saat naga itu sedang tertidur. Krak! Hime menginjak ranting kering
tanpa sengaja. Suara ranting patah itu menggema di dinding Goa hingga
membangunkan sang naga. Sontak naga itu mengibaskan ekornya tanda marah
karena tidurnya terganggu. Goncangan yang besar membuat Hime terjatuh.
Ach....! Jerit kecil Hime saat tubuhnya
terjatuh ke lantai gua.
Mendengar suara manusia naga itu
reflek menyemburkan api ke arah Hime yang masih terduduk! Hembusan api dari mulut naga tepat
mengarah ke Hime. Hime yang terkejut tidak bisa bergerak cepat dan ia hanya
mampu mengangkat Katananya searah dengan wajahnya. Clink! Katana itu menyala dengan cahaya putih
di depan Hime.
Api yang mengarah pada Hime
mendadak di belokkan. Ada tirai yang melingkup tubuh Hime. Tirai putih yang
cukup dingin hingga api tidak membakar tubuhnya. Menyadari itu membuat Hime
yakin ayahnya ada di dekatnya! Ia bangkit dari posisinya saat itu. Katana siap di
depannya.
"Aku siap menunaikam tugasku
Ayah." Ucap Hime seraya berlari kearah naga itu.
Naga itu terus terusan
menyemburkan api ke arah di mana Hime berada. Ia hanya bisa
menghindar, karena Hime harus menyerangnya daro jarak dekat agar
mendapatkan serangan yang berarti.
Bagaimana
ini aku butuh kecepatan lebih jika ingin lepas dari jangkauan naga ini. Tapi
apa yang bisa kulakukan untuk setidaknya tidak terlihat olehnya sejenak? Gumam Hime seraya memperhatikan
sekeliling Goa.
Stalaktit
itu! Sepertinya bisa kupakai untuk mengalihkan perhatiannya.
Kalau gagal paling aku mati disini. Ucap Hime seraya kembali bersiap
bergerak.
Hime memegang Katananya dengan
tangan kanan. Lalu berlari lurus ke depan. Ia coba menebas naga secara
diagonal dari kanan. Lalu naga menyemburkan apinya tepat ke arahnya! Hime mencoba menahan api itu dengan
membuat tirai seperti tadi.
Sang naga bergerak ke arah kiri menghindari Hime. Begitu
mendarat di lantai Goa tanpa jeda Hime kambali melompat kali ini ia mencoba
melompat ke atas lalu mencoba menebas stalaktit sekali lalu dengan
bantuan dinding atas Goa ia kembali ke lantai Goa mendarat dengan sempurna.
Cukup
keras. Sekali tebas lagi stalaktit itu pasti jatuh!
Sekarang tinggal bagaimana menjatuhkannya di waktu yang tepat. Gumam Hime dalam hati seraya
memperhatikan posisi stalaktit dan sang naga, lalu bersiap kembali menyerang.
Hime kembali mencoba bergerak
dengan cepat ke arah belakang naga dan diikuti oleh sang naga yang terus
menyemburkan apinya. Hime terus berlari, sesekali ia melompat untuk menghindari
semburan api sang naga. Kemudian dengan gerakan cepat Hime melempar pedangnya
hingga menancap ke stalaktit yang tadi di tebasnya. Naga mengikuti gerakan
pegang Hime dan membelakangi Hime.
Saat pegang menancap di stalaktit
kemudian stalaktit itu jatuh―Sang naga langsung menyemburkan api kearah stalaktit yang
jatuh itu. Disaat yang sana Hime melompat ke arah sang naga tepat di kepalanya
Hime menancapkan pisau yang di bawanya tepat di kepalanya. Darah mengucur deras. Naga itu meronta-ronta kesakitan hingga tubuh Hime
yang berpegangan pada pisau yang menancap di kepala naga jadi ikut terhuyung ke sana ke kemari mengikuti gerak sang naga. Sampai
akhirnya naga itu berhenti bergerak.
Hah...hah...hah... Nafas Hime memberu, ia berusaha mengaturnya.
Setelah Naga itu terjatuh dan tak
bergerak lagi Hime melompat ke atas dan mengambil Katana
miliknya. Lalu kembali mendarat di lantai gua tepat di depan wajah sang naga.
Hime mengusap naga itu.
"Maafkan aku ..., Aku―" Ucap Hime terputus
saat tiba tiba naga itu membuka mata lalu bicara.
"Tidak perlu minta maaf. Aku
sudah menunggumu." Ucap naga itu dengan nada berat.
Hime terkejut, ia mundur beberapa langkah lalu menyiagakan kembali Katananya. Namun cahaya terang menyinari
tubuh sang naga. Kemudian
naga itu berubah menjadi seorang pria tua yang tubuhnya di lingkupi cahaya putih yang cukup terang.
"Terima kasih sudah
membebaskanku dari kutukan ini. Aku sudah lama menunggumu." Ucap pria tua itu.
"Menungguku? Aku kesini
karena ingin darah naga biru untuk tetap mempertahankan warisan
keluargaku." Ucap Hime.
"Aku tahu. Karena itu aku
menunggumu. Ambillah ini. Ini akan menjadi peneguh keluargamu sekaligus penjaga
seluruh keluargamu." Ucap pria itu seraya memberi sebuah telur agak besar berwarna biru.
"Telur?" Tanya Hime
seraya mengambil telur itu.
"Iya telur itu tidak akan
menetas melainkan akan muncul sebagai jelmaan naga biru saat kau
membutuhkannya. Darah naga biru ada di dalam telur itu. Bawalah pulang dan
simpanlah. Terima kasih telah memenuhi tugasmu." Ucap pria tua itu lalu
menghilang.
Hime yang mendengar ucapan pria
tua itu kemudian menyimpan telur istimewa itu di tasnya. Seketika tirai
ungu yang melindungi tempat itu hilang dan Lost forest terlihat sangat
berbeda dari sebelumnya.
Karena Hime merasa tugasnya
selesai Hime pun bergegas pulang ke Locksene mension miliknya dengan
menunggangi kudanya dengan kecepatan penuh.
Biodata Penulis
Anonima13 adalah seseorang yang biasa dan baru kemarin mengenal dunia tulis menulis. Untuk pertama kali hasil belajarnya mendapat apresiasi. Itu membuatnya semakin ingin dan ingin terus berkarya. Belajar memberi senyuman lewat karyanya dan menyentuh hati setiap pembaca adalah impiannya. Jika ingin mengenal lebih dekat add FB Kiara Rei Ayanami maka kalian akan tau betapa simplenya dia.
Ingin tulisan kalian dipublikasikan di blog ini? Baca ketentuanya di sini
Ane tunggu naskah kalian! ^.^
Ane tunggu naskah kalian! ^.^
kirim
ReplyDelete